Kamis, 12 Maret 2009

Refleksi Politik Seorang Awam

Lebih dari 10 tahun yang lalu aku hanyalah seorang anak SMP, aku mengikuti detik-detik apa yang di kenang sebagai reformasi itu, rasanya bangga menjadi bagian sejarah itu, namun juga miris karena banyak korban yang bergelimpangan atas nama reformasi. Itu adalah awal ketertarikanku kepada dunia politik

Setelah reformasi Indonesia memasuki era baru dalam berdemokrasi, setelah 32 tahun lebih Indonesia kembali memakai sistem demokrasi multipartai, setidaknya ada 48 partai yang bertarung di PEMILU 1999, kemudian menciut menjadi hanya 24 pada 2004. Era baru tersebut tidak berhenti sampai disitu, pada 2004 Indonesia memulai sejarah baru dengan pemilihan Presiden secara langsung.

Namun kini setelah 10 tahun berlalu apa yang telah didapat oleh bangsa ini, oleh negeri ini????

Aku melihat, orang-orang yang dulu berada di garda terdepan reformasi, kini sibuk berjuang untuk mencapai tujuan masing-masing atas dasar idealisme, miris melihat orang yang dulu berjuang bersama-sama kini harus bersaing meraih kekuasaan, ya lagi-lagi kekuasaan.

Sebentar lagi kita akan memasuki PEMILU yang ketiga di era reformasi, adakah yang berubah???, tentu ada selain jumlah partai yang kembali meningkat menjadi 38 partai plus 6 partai lokal di Aceh, Indonesia memasuki era baru cara memilih, rakyat yang sudah terbiasa memilih dengan cara mencoblos, harus mulai belajar untuk mencontreng, jangan salah untuk mengajari dan sosialisasi saja sudah milyaran rupiah yang harus dikeluarkan oleh Negara, jumlah yang tidak sedikit untuk negara yang katanya ekonominya sering batuk-batuk.

Saat ini menjelang pemilu, kita mungkin sudah bosan dijejali oleh iklan-iklan politik, dari partai-partai ataupun calon-calon legislatif melihat banner, poster, spanduk, stiker, dari orang-orang yang mengaku akan mendengarkan suara rakyat jika nanti terpilih menjadi wakil rakyat menjadi anggota legislatif.

Ada partai yang menjanjikan sembako murah, buat aku aneh, saat ini ketika harga sembako mahal saja, kehidupan para petani sudah sulit, mereka tidak mendapat hasil dari apa yang mereka kerjakan, lalu ada partai yang mengaku membela kehidupan pedagang dan petani, tapi justru merekalah yang terbanyak membuang banyak uang hanya untuk beriklan di media massa, juga ada sebuah partai yang mengklaim keberhasilan kadernya yang menjadi salah menteri dalam kabinet, padahal posisi mereka sendiri tidak jelas, didalam atau diluar pemerintahan.

Dunia politik Indonesia ini memang aneh, dulu ada seorang ibu yang buat aku sosok yang keibuan dan jujur, yang berjuang bersama-sama dengan rakyat bahkan sebelum reformasi terjadi, tapi kini ia menjadi sosok yang ambisius terhadap kekuasaan, apakah kekuasaan telah membutakannya, entahlah. Lalu ada juga orang-orang yang dulu jelas-jelas berada dalam lingkar kekuasaan orde baru, kini menasbihkan dirinya menjadi penjaga reformasi.

Yang pasti kini PEMILU sudah didepan mata, bukahlah hal yang bijak jika kita tidak menyampaikan suara kita, masa depan negeri ini ada ditangan kita, jangan biarkan orang-orang yang tidak layak menjadi pemimpin kita. Tapi memilih atau tidak itu kembali kepada hati nurani kita masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar