Jumat, 13 Maret 2009

Diary Seorang Lelaki (Bagian I)

Aku mungkin tidak pernah percaya kalau akhirnya aku benar-benar harus membuang jauh impianku untuk meraih cinta dari seorang wanita yang selama 3 tahun belakangan ini kusukai. Malam itu didepan layar komputer aku membaca kembali puisi-puisi yang pernah ku buat untuk wanita itu, puisi yang tidak pernah terungkapkan.

Hatiku menjerit, aku marah kepada Tuhan, "Tuhan mengapa Engkau berani-beraninya mempertemukan aku dengan ia", kataku dalam hati, "tapi disaat yang sama Engkau tidak memberikan aku keberanian untuk mengungkapkannya, Engkau membiarkan aku mengenalnya, tapi disaat yang sama ia bagaikan mimpi untukku", lanjutku dalam hati. Aku berani memutuskan untuk berhenti mengharapkan wanita itu, karena ku sadar lebih baik melihat wanita itu bahagia walau bukan dengan aku.

Kembali aku membaca puisi-puisi itu, dan ku berhenti pada satu puisi, aku baca puisi itu, dan hatiku kembali menjerit pedih. Aku tak percaya bahwa aku pernah membuat puisi ini untuk seseorang yang benar-benar kucinta, tapi yang ku sesali, aku tak pernah bisa memberikan puisi ini kepada wanita itu.

Dengan jelas di layar komputer tertulis demikian,

E N G K A U

Engkau adalah setetes embun yang hadir
sebelum mentari datang dan hangatkan pagi
Engkau bagaikan gemuruh yang datang
bersama derasnya badai yang melanda malam
dan memecahkan kesepian dalam sunyiku

Kulukiskan indah wajahmu diatas kanvas hatiku
dan kubayangkan senyum darimu dalam ruang imajiku

Engkau adalah bidadari pagi yang selalu setia menyambutku
seusai terbangun dari malam kelam kemarin
Dan engkau bagaikan pelangi terindah yang pernah ada
dan terlukiskan diatas langit sore hariku

Engkau adalah hujan pertama yang turun sejukkan bumi
seusai kemarau panjang yang keringkan tanah
Engkau bagaikan bulan yang selalu nampak indah dipandang
kendati langit disekitarnya tetap saja kelam menghitam

Engkau adalah semerbak wangi yang terbawa udara pagi
dari sebuah taman ditengah gurun
Engkau adalah bunga yang kini mekar dalam taman hatiku
karena engkaulah bunga cintaku
Dan engkaulah alasan mengapa kini dunia ini
terasa lebih indah dan berarti tuk dijalani
Engkau adalah cinta yang kucari

Aku benar-benar tak habis pikir bagaimana aku bisa membuat puisi itu, dan aku pun kembali teringat bagaimana awal pertemuanku dengan wanita itu, ya dengan jelas dalam pikiranku aku masih dapat mengingat semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar